Kenapa banyak anak IPS yang di anak tirikan oleh anak IPA? Ya karena, sebagian besar asumsi yang beredar turun menurun kalo anak IPS itu, banyak yang diasumsikan pengangguran, sering ngelakuin kenakalan, bahkan tindak kriminal. Disini hana pengen ngelurusin asumsi yang nggak bener itu :p
Bukanya hana nggak ngebelain jurusan hana sendiri, Jurusan IPA. Tapi karena Hana juga ya, pernah berminat dan kepingin banget masuk IPS. Tapi - ya karena alasan tertentu, tuntutan cita cita dan juga, orang tua. Ya, sedikit terpaksalah hana masuk IPA karena, ya kalo boleh jujur dan boleh curhat; dari dulu hana gasuka sama pelajaran pelajaran eksak. Tapi terlanjur huft :'
“Papah dan Mamah nggak mau tahu nak, pokoknya kamu harus masuk IPA, titik!
Mungkin ada diantara kita yang pernah dapat kata-kata “sakti” itu dari orang tua. Ya, kebanyakan orang tua memang menginginkan anaknya masuk disiplin IPA saat penjurusan kelas XI di SMA. Tidak peduli minat anaknya, yang penting harus masuk IPA. Memang, anggapan yang berkembang di masyarakat saat ini menempatkan IPA sebagai favorit (lebih bergensi dari IPS). Selain dianggap lebih “cerdas”, anak IPA juga dipandang lebih santun daripada anak IPS yangbegajulan. Dan itupun, karena fakta yang berkata. Hampir sebagian besar.
- Sangat telaten (teliti). Untuk ini saya acungkan dua jempol. Saya kadang kagum atas ketelitian yang ditunjukkan lewat ucapan dan perbuatan anak IPA. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh sebagian besar disiplin ilmu mereka yang menuntut ketelitian tingkat tinggi, contoh: Matematika, Fisika, Kimia, dll. Tapi, lain untuk saya, kenapa gapernah setelaten anak IPA lain :')
- Suka hal-hal yang pasti. Ini juga dipengaruhi oleh disiplin yang mengajarkan ilmu-ilmu pasti. Dicontohkan diajarkan, bahwa 1+1=2. Hm, pasti sih tapi ribet!
- Sangat rajin. Ya, kebanyakan teman IPA saya sangat rajin entah dalam belajar maupun mengerjakan tugas. Tuntutan, dengan berakhir harus mengasyikan diri menyelam ke “samudra rumus-rumus” pelajaran Matematika, contoh: Integral, differensial, kalkulus.
- Mukanya kusut ( Maaf guys, tapi disini termasuk saya juga. Huft). Mereka kadang murung karena nilai Kimia anjlok atau Fisika yang “sangat sulit” untuk dipahami, hhe. Beda sama anak IPS. Setiap hari mereka akan berbinar-binar karena semalam baru saja menemukan tempat nongkrong yang baru. Tidak perduli nilai jongkok atau banyak tugas. Hmmm.....
- Ada beberapa yang terserang tekanan mental dan stress, yang stress saya sendiri. Jangan ketawa! Ini saya serius. :p Di IPA tuh harus kuat mental, seriusan deh. Harus kuat otak, dan ditambah lagi harus kuat dengan guru yang hampir semuanya killer!
- Dan Imeg anak IPA keseluruhan itu terpandang pinter, istimewa, dan keren! Walaupun sebenernya sih kalo kalian tau, pikiran kami itu setiap harinya kusut. Ketemu itungan setiap hari. Wakaka :p
- Banyak peminat, dan merasa bangga kalo udah masuk IPA :DD
- Identik dengan metode ilmiah yang mengutamakan logika
- Jawaban atas pertanyaan soal adalah pasti dan tidak bisa diganggu gugat
- Tuntutan: Teknik, Kedokteran, Keperawatan, Ilmuwan (BIologi, Kimia, dll), Psikologi
- Bisa lintas jurusan begitu memilih PTN, karena terbiasa terlatih logika dan penalarannya
- Perlu waktu dan suasana yang khusus (konsentrasi tinggi) untuk mempelajari IPA
- Sering terlihat belajar terus, seperti tidak ada waktu santai
- Banyak siswa IPA, yang akhirnya memilih jurusan IPS ketika kuliah
Fakta-Fakta Menarik Seputar Anak IPS
- Santai dan cenderung menikmati segala suasana. Apapun kondisinya, dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya, kita anak IPS selalu enjoy dan menikmati segala sesuatunya. Sekalipun nilai rapor dibawah KKM, kita santai. Kita melihat sisi positifnya. Kita bisa lebih dekat dengan Guru mata pelajaran, dan belajar banyak dari beliau tentang apa-apa yang kurang dipahami.
- Suka nyepik (nge-Gombal). Nah, ini yang patut diwaspadai sama kaum hawa! Kalau kalian dirayu/dipuji cowok-cowok IPS, jangan langsung percaya! Bisa jadi itu Cuma taktik mereka aja untuk dapetin cinta kalian.wkwkwkwk. Mungkin ini berkat sebagian mata kuliah kita yang menuntut aktif berbicara dan tidak harus sesuai dengan teks (buku). Kita dituntut untuk bisa berimprovisasi. Jadi, 1+1 tidak selalu dua. Menurut saya, 1+1=0. Kok bisa? Sekarang perhatikan konteks ini. Jika ada satu orang takut setan dan tidak berani masuk tempat angker, kemudian datang satu orang lagi yang takut setan. Otomatis kadar ketakutannya akan berkurang atau bahkan hilang dan akhirnya mereka berdua berani masuk ke sebuah tempat angker. Hal ini karena disebabkan faktor ada tambahan satu orang tadi. Intinya, Satu orang takut+Satu orang takut= Nol orang takut (tidak ada). Bingung? Kurang jelas? Wong saya aja nulis ini juga bingung kok. Wkwkwk
- Wajah ceria dan penuh senyum. Ini ada hubungannya dengan poin pertama. Karena kita memandang segala sesuatunya dengan santai dan tanpa beban. Memang ada kalanya kita serius, tapi itu terjadi hanya sebentar. Setelah itu ya senang-senang lagi.
- Dianggap berandal. Ini anggapan masyarakat yang salah. Mereka hanya menilai sesuatu dari luarnya. Apa mereka tidak pernah diberi petuah “Don’t judge the book by the cover”? Tidak selalu kita berpenampilan dan berbuat acak-acakan lalu otak kita juga acak-acakan. Ah tapi biarlah :p
- Suka petualangan (baca: mbolang). Karena terbukti, anak anak IPS itu suka banget maen kemana mana. Kebalikan dari aak IPA. Hauft.
- Kenyang main. Dan aku sirikkkkkk!
0 komentar:
Posting Komentar